Saat ini di Indonesia banyak sekali program acara televisi yang tidak memiliki nilai-nilai edukasi. Banyak program yang sebenarnya ditujukan untuk menghibur namun realitanya memunculkan adegan kekerasan, sensualitas, hingga mistis. Program-program acara tersebut bahkan mengekspos ranah privasi menjadi konsumsi publik. Hal semacam inilah yang dapat kita lihat pada acara reality showyang menjamur di berbagai stasiun televisi. Namun sebenarnya apakahreality show ini? Acara realitas atau reality show adalah suatu program acara televisi yang menayangkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya masyarakat biasa (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_realitas). Berikut ini adalah daftar reality show yang ada di Indonesia :
- Penghuni Terakhir (ANTV)
- Katakan Cinta (RCTI)
- Termehek - Mehek (Trans TV)
- Take Me / Him Out (Indosiar)
- Bedah Rumah (RCTI)
- Masihkah Kau Mencintaiku (RCTI)
- Uya Emang Kuya (SCTV)
- Katakan Cinta (RCTI)
- Realigi (Trans TV)
- Minta Tolong (RCTI)
Acara Termehek-mehek merupakan program reality show yang ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pukul 18.15 WIB di Trans TV.Reality show yang dimulai pada 3 Mei 2008 lalu, cukup mendapat tempat di mata masyarakat. Program yang merupakan kerja sama antara rumah produksi Triwarsana dan Trans TV ini selalu menduduki top up rating program TV. Share dan ratingnya pun terus beranjak naik. Lalu, apakah tayangan ini benar-benar realita atau hanya rekayasa belaka? Menurut saya, program reality show yang ada di Indonesia saat ini banyak dibumbui oleh adegan-adegan fiktif. Adanya embel-embel reality tidak benar-benar menunjukkan kisah nyata karena adegan dalam program reality show ini hampir semua direkayasa. Selain itu, banyak adegan dalam programreality show, khususnya Termehek-mehek yang tidak mengandung nilai edukasi. Bagian ini terlihat saat terjadinya konflik yang dialami oleh client.Program ini juga sering memperlihatkan adegan kekerasan, seperti baku hantam dan kata-kata kotor yang terlontar. Hal ini jelas berpengaruh negatif bagi masyarakat terutama anak-anak yang menyaksikannya. Oleh karena itu, KPI Pusat melayangkan teguran tertulis pada Trans TV karena menayangkan adegan kekerasaan di program acara Termehek-mehek pada edisi 1 Agustus lalu. Adegan kekerasaan tersebut melanggar aturan yang ada Pasal 36 ayat (3) dan 5 (b) UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan sejumlah ketentuan yang ada di Standar Program Siaran (SPS) KPI (sumber : http://www.kpi.go.id/?etats=detail&nid=1336).
Jika kita melihat program reality show yang diproduksi di Amerika, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Hanya saja reality show yang ada di Amerika lebih rapi dalam penggarapannya dan aktor yang pintar berakting meyakinkan khalayak bahwa itu bukan akting alias nyata atau benar-benar terjadi. Misalnya saja program acara THE BACHELORETTE dan SURVIVOR. Reality show SURVIVORditayangkan di Amerika sejak tahun 1992 ini, menggunakan sistem audisi bagi para peserta. Peserta akan diasingkan di sebuah pulau tidak berpenghuni. Permainan ini sangat berat karena semua peserta tidak boleh membawa bekal atau barang apapun, tetapi harus bisa bertahan dalam keadaan yang serba primitif dan harus makan seadanya. Namun ternyata peserta dalam program ini tidak benar-benar menjalani kegiatan seperti yang dilihat oleh khalayak, karena mereka hanya berakting sesuai denganscript yang diberikan oleh sang sutradara. Hal ini kemudian diadopsi oleh stasiun televisi Indonesia yang menayangkan reality show, dimana beberapa adegan di dalamnya banyak yang didramatisir.
Mengapa program Termehek-mehek ini masih memiliki rating yang tinggi? Menurut saya acara-acara dalam televisi selalu mengikuti trend yang sedang digemari masyarakat atau istilahnya sedang naik daun. Ketika suatu program acara sukses, maka akan muncul program-program serupa namun konsepnya berbeda. Konsep acara Termehek-mehek sebenarnya tidak baru karena sebelumnya sudah pernah ada acara kisah pencarian seseorang dengan bantuan tim yaitu Katakan Cinta, Harap-harap Cemas, atau Playboy Kabel. Berdasarkan data AC Nielsen pada akhir tahun 2008, Termehek-mehek merupakan program paling popular dengan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Program ini memiliki rating yang tinggi karena konsep dan alur cerita yang menjelaskan kisah nyata atau dibuat seakan-akan nyata, menguras air mata, dan ada konflik yang berujung pada pertemuan client dengan target. Misalnya pada episode dimana seorang klien perempuan mendapati kekasihnya sudah meninggal karena sakit, juga pada kisah dimana tim membantu kliennya seorang laki-laki untuk menemukan bekas kekasihnya yang sakit jiwa setelah putus cinta. Alur cerita inilah yang cenderung membuat masyarakat penasaran dan “ketagihan” untuk menyaksikan episode berikutnya. Ditambah lagi acara Termehek-mehek ini tayang pada waktu Prime Time, dimana sebagian besar masyarakat menyaksikan televisi.
Terlepas dari permasalahan apakah program reality show itu realita atau rekayasa, menurut saya yang harus digarisbawahi disini hendaknya masyarakat dapat selektif dalam mengkonsumsi tayangan dan program acara yang disuguhkan oleh media massa, dalam hal ini televisi. Masyarakat harus memilih tayangan yang dapat memberikan nilai-nilai edukasi, khususnya bagi anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Saran bagi stasiun televisi yang menayangkan program acara yang dapat merusak moral dan etika, sebaiknya melakukan perbaikan-perbaikan terkait isi siaran program. Stasiun televisi tidak hanya mengandalkan rating, karena rating lebih mengedepankan kuantitas tanpa disertai peningkatan kualitas dari isi program. Evaluasi ini juga dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan program yang bermanfaat, tidak lagi mengkonsumsi tayangan-tayangan yang berbau mistis ataupun tayangan yang didramatisir, sehingga harapannya masyarakat dapat lebih berfikir rasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar