Selama Satu Hari, Warung Makan, Pantai, dan bahkan Bandar Udara Internasional Pun Tutup!
“Sejak pagi, kamu merasa ada yang janggal. Kamu mencari suara-suara yang familiar: deru mesin mobil, klakson motor, atau suara orang lalu-lalang. Nihil. Toko-toko tutup, warung makan tutup, tidak ada yang berkeliling menjajakan nasi campur dalam bungkusan-bungkusan kecil.”
Kira-kira begitulah ilustrasi keadaan pagi hari untuk kamu yang baru pertama kali merasakan Nyepi di Bali. Hening yang begitu tiba-tiba tentu terasa mengejutkan. Tidak hanya mengejutkan, jika tanpa persiapan (dan pengetahuan yang cukup), malah bisa berabe!
Setiap Isakawarsa (tahun baru menurut tanggalan Saka yang akan jatuh pada tanggal 9 Maret di tahun 2016 ini), masyarakat Hindu di Indonesia merayakan Nyepi, satu hari yang dikhususkan untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikanBhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Selama Nyepi, masyarakat Bali (serta wisatawan) diminta untuk membatasi aktivitas. Hampir semua kegiatan ditiadakan sejak pukul 6 pagi hingga 6 pagi keesokan harinya, termasuk warung makan, pasar, pantai, dan bahkan bandar udara internasional! Satu hal yang cukup melegakan dari keterbatasan aktivitas ini adalah tetap bukanya rumah sakit. Seram juga kalau sampai rumah sakit pun ikut libur, ya.
Catur Brata atau 4 Pantangan Nyepi
Selama Nyepi, ada 4 pantangan (Catur Brata) yang perlu ditaati, yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan. Kamu perlu memahami ini agar tidak mengganggu atau menyulitkan umat Hindu selama Nyepi.
Selama Nyepi, ada 4 pantangan (Catur Brata) yang perlu ditaati, yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan. Kamu perlu memahami ini agar tidak mengganggu atau menyulitkan umat Hindu selama Nyepi.
1. Amati Geni berarti tidak menggunakan dan atau menghidupkan api. Ini merujuk pada cahaya. Untuk melaksanakan ini, penggunaan lampu sangat dibatasi.
2. Amati Karya berarti tidak bekerja. Inilah mengapa toko-toko dan layanan publik diharapkan tutup.
3. Amati Lelungan berarti tidak bepergian. Inilah mengapa jalanan di Bali kosong selama Nyepi.
4. Amati Lelanguan berarti tidak mendengarkan hiburan. Untuk menghargai umat Hindu yang sedang melaksanakan ini, masyarakat dan wisatawan Bali diharapkan mengurangi volume suara dari televisi dan radio, atau sebisa mungkin membatasi penggunaannya.
2. Amati Karya berarti tidak bekerja. Inilah mengapa toko-toko dan layanan publik diharapkan tutup.
3. Amati Lelungan berarti tidak bepergian. Inilah mengapa jalanan di Bali kosong selama Nyepi.
4. Amati Lelanguan berarti tidak mendengarkan hiburan. Untuk menghargai umat Hindu yang sedang melaksanakan ini, masyarakat dan wisatawan Bali diharapkan mengurangi volume suara dari televisi dan radio, atau sebisa mungkin membatasi penggunaannya.
10 Do(s) and Don’t(s) Berlibur di Bali Saat Nyepi
Setelah memahami larangan-larangan yang berlaku selama Nyepi, setidaknya kamu sudah punya bayangan mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang diharapkan untuk tidak dilakukan. Untuk memastikan larangan-larangan ini ditaati, akan ada satuan pengamanan dari unsur adat Bali (yang disebut Pecalang) yang akan berkeliling. Selain mengingatkan rumah-rumah yang jendelanya kurang tertutup hingga cahaya lampu masih tembus keluar, Pecalang juga bertugas menegur mereka yang lalu lalang di jalan besar dan pusat aktivitas umum lain selama Nyepi, termasuk pantai! Jika pelanggarannya tergolong berat, Pecalang akan siap menindak kamu atau menagih denda. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perhatikan panduan berikut, ya:
#1 – Aktivitas
Do: Beraktivitas di dalam lingkungan hotel.
Don’t: Beraktivitas di luar lingkungan hotel.
Why: Untuk menghormati pantangan Nyepi Amati Lelungan (Tidak Bepergian), masyarakat Bali serta wisatawan diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas di luar lingkungan tempat tinggal selama Nyepi, terutama jalan utama dan tempat umum.
Don’t: Beraktivitas di luar lingkungan hotel.
Why: Untuk menghormati pantangan Nyepi Amati Lelungan (Tidak Bepergian), masyarakat Bali serta wisatawan diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas di luar lingkungan tempat tinggal selama Nyepi, terutama jalan utama dan tempat umum.
#2 – Suara
Do: Mengecilkan volume suara musik.
Don’t: Menyalakan musik keras-keras.
Why: Keheningan Nyepi akan terganggu oleh suara yang terlalu berisik. Suara gaduh, terutama dalam bentuk hiburan, melanggar pantangan Amati Lelanguan.
Don’t: Menyalakan musik keras-keras.
Why: Keheningan Nyepi akan terganggu oleh suara yang terlalu berisik. Suara gaduh, terutama dalam bentuk hiburan, melanggar pantangan Amati Lelanguan.
#3 – Cahaya Lampu
Do: Mengatur temaram lampu dan menutup jendela dengan tirai tebal.
Don’t: Membiarkan lampu menyala silau keluar jendela.
Why: Pantangan Nyepi Amati Geni membatasi penggunaan cahaya selama Nyepi.
Don’t: Membiarkan lampu menyala silau keluar jendela.
Why: Pantangan Nyepi Amati Geni membatasi penggunaan cahaya selama Nyepi.
#4 – Makanan dan Air Minum
Do: Memastikan ketersediaan makanan dan air minum.
Don’t: Lupa menyiapkan makanan dan air minum.
Why: Karena pantangan Amati Karya, tidak ada warung makan atau pasar yang buka selama Nyepi. Pastikan hotel yang kamu inapi memiliki restoran yang tetap buka selama Nyepi atau siapkan makanan untuk setidaknya 3 kali makan.
Don’t: Lupa menyiapkan makanan dan air minum.
Why: Karena pantangan Amati Karya, tidak ada warung makan atau pasar yang buka selama Nyepi. Pastikan hotel yang kamu inapi memiliki restoran yang tetap buka selama Nyepi atau siapkan makanan untuk setidaknya 3 kali makan.
#5 – Uang Tunai
Do: Menyiapkan uang tunai sehari sebelum Nyepi.
Don’t: Bergantung pada kartu kredit atau debit.
Why: Selama Nyepi, semua mesin ATM dimatikan sejak sehari sebelumnya. Usahakan sudah mengambil uang tunai sebelum antrian panjang dimulai.
Don’t: Bergantung pada kartu kredit atau debit.
Why: Selama Nyepi, semua mesin ATM dimatikan sejak sehari sebelumnya. Usahakan sudah mengambil uang tunai sebelum antrian panjang dimulai.
#6 – Kedatangan
Do: Tiba di Bali setidaknya siang atau sore sehari sebelum Nyepi.
Don’t: Tiba di Bali setelah pawai Ogoh-ogoh dimulai.
Why: Sehari sebelum Nyepi, sekitar pukul 19.00 WITA, banyak jalanan di Bali akan ditutup untuk pawai Ogoh-ogoh. Ini akan menyulitkan transportasi dari bandara menuju hotel.
Don’t: Tiba di Bali setelah pawai Ogoh-ogoh dimulai.
Why: Sehari sebelum Nyepi, sekitar pukul 19.00 WITA, banyak jalanan di Bali akan ditutup untuk pawai Ogoh-ogoh. Ini akan menyulitkan transportasi dari bandara menuju hotel.
#7 – Check-In dan Check-Out
Do: Check-In sebelum Nyepi, Check-Out setelah Nyepi.
Don’t: Berpindah hotel saat Nyepi.
Why: Penggunaan jalan sangat dibatasi saat Nyepi. Tidak ada layanan taksi atau kendaraan lain yang boleh beroperasi.
Don’t: Berpindah hotel saat Nyepi.
Why: Penggunaan jalan sangat dibatasi saat Nyepi. Tidak ada layanan taksi atau kendaraan lain yang boleh beroperasi.
#8 – Hiburan
Do: Membaca buku, majalah, atau bermain boardgame
Don’t: Menyanyi keras-keras sambil berdansa beramai-ramai.
Why: Pantangan Amati Lelanguan melarang bersenang-senang yang berlebihan selama Nyepi.
Don’t: Menyanyi keras-keras sambil berdansa beramai-ramai.
Why: Pantangan Amati Lelanguan melarang bersenang-senang yang berlebihan selama Nyepi.
#9 – Berenang
Do: Berenang di kolam renang hotel atau villa.
Don’t: Berenang di pantai.
Why: Pantai dan pusat kegiatan publik lainnya (kecuali rumah sakit) terlarang untuk dikunjungi selama Nyepi.
Don’t: Berenang di pantai.
Why: Pantai dan pusat kegiatan publik lainnya (kecuali rumah sakit) terlarang untuk dikunjungi selama Nyepi.
#10 – Jika Sakit
Do: Menelepon rumah sakit dan menunggu dijemput ambulans.
Don’t: Menuju rumah sakit dengan kendaraan atau berjalan kaki.
Why: Ambulans adalah satu-satunya kendaraan layanan publik yang diperbolehkan untuk beroperasi dan menggunakan jalan.
Don’t: Menuju rumah sakit dengan kendaraan atau berjalan kaki.
Why: Ambulans adalah satu-satunya kendaraan layanan publik yang diperbolehkan untuk beroperasi dan menggunakan jalan.
Pecalang: Polisi Adat
Untuk memastikan seluruh unsur masyarakat menghargai Catur Brata, selama Nyepi akan ada Pecalang yang berjaga, baik di suatu titik penjagaan maupun berkeliling. Pecalang adalah petugas pengamanan dari unsur adat, yang memang difungsikan untuk menjaga kelancaran Nyepi. Jika saat berlangsungnya Nyepi kamu malah berjalan-jalan, membuat gaduh, atau membiarkan cahaya lampu yang silau tembus hingga ke luar kamar, sudah bisa dipastikan bahwa kamu akan mendapat teguran dari Pecalang!
Pecalang berhak menangkap dan membawa masyarakat yang tertangkap melanggar pantangan Nyepi untuk dimintai keterangan di Balai Desa Adat setempat. Di Balai Desa Adat, pelanggar akan diberi pengarahan dan dibina untuk menghormati pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Pelanggaran berat seperti keluyuran di pantai atau jalan utama bisa dikenakan denda, lho!
Rangkaian Prosesi Nyepi
Beberapa hari sebelum dan sesudah Nyepi, dilaksanakan beberapa ritual pendukung. Beberapa dari ritual ini cukup sakral, sehingga kamu diharapkan untuk menghormati dan tidak mengganggu jika memang mau mengamati dari dekat. Namun, ritual seperti Pengerupukan, dilakukan di ruang publik dengan sangat meriah, hingga kamu pun bisa leluasa melihat dari dekat dan mengambil gambar. Ritual-ritual tersebut adalah Melasti, Mecaru, Ngrupuk, dan Ngembak Geni.
- Melasti
3 atau 2 hari sebelum Nyepi, beberapa rombongan dari tiap-tiap banjar (desa) mengarak sarana persembahyangan Pura ke pantai atau danau (sebagai sumber air suci atau tirta amerta) untuk menyucikan segala leteh (kotor) dalam diri manusia dan alam. Perangkat-perangkat keramat yang dibersihkan antara lain arca, pratima, dan pralingga. Pemangku (pemuka agama) setempat memimpin berjalannya prosesi upacara melasti.
- Mecaru
Sehari sebelum Nyepi, pada bulan mati ke-9 atau tilem sasih kesanga, umat Hindu di setiap tingkatan masyarakat (masing-masing keluarga, banjar, kecamatan), melaksanakancaru (sesajian) di rumah masing-masing untuk memohon agar Sang Buta Raja, Buta Kala,dan Batara Kala tidak mengganggu umat.
- Ngrupuk
Jika Melasti terkesan sangat sakral dan Mecaru sangat privat, Pengerupukan sangat meriah dan bisa kamu nikmati di ruang publik. Terdiri dari kegiatan menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul kentongan dan benda-benda lain untuk menimbulkan suara ramai atau gaduh hingga, yang paling seru: pawai Ogoh-ogoh! Ogoh-ogoh ini merupakan perwujudan dari Buta Kala yang diarak keliling lingkungan untuk kemudian dibakar. Seperti Mecaru, Ngrupuk atau Pengrupukan bertujuan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
- Ngembak Geni atau Ngembak Api
Sehari setelah Nyepi, pada hari kedua Tahun Baru Saka, umat Hindu melakukan Dharma Shanti (seperti silaturahmi) dengan keluarga besar dan tetangga, saling meminta maaf dan memaafkan satu sama lain dan juga mengucap syukur untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Falsafah di balik ini adalah Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi merupakan ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasayang hendaknya saling menyayangi satu sama lain, hidup dalam kerukunan dan damai.
Mengalami Sisi Lain Bali
Pengalaman berada di Bali saat Nyepi, termasuk larangan-larangan dan batasan-batasannya tentu tidak untuk semua orang. Nyepi menunjukkan wajah Bali yang berbeda dengan yang biasa dinikmati turis: pantai yang ramai dan hiburan 24 jam. Kala Nyepi,grasa-grusu wisata memberi waktu dan ruang bagi kesenyapan, membiarkan Bali bernapas menyambut Tahun Baru Saka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar