INDRAMAYU, KOMPAS.com – Kehadiran Tol Cipali membuat restoran di sepanjang jalur Pantura Lama terpuruk. Bahkan, lima restoran besar tutup.
“Hanya dalam tujuh bulan, lima rumah makan dan restoran tutup. Ini bisa terjadi pada restoran lainnya di sana,” ujar Kepala Bidang Pendapatan I Dinas Keuangan Daerah Indramayu, Teten Machmud.
Hal itu diungkapkan Teten usai rapat kerja bersama Komisi C DPRD Indramayu, Jumat (8/1/2016).
Penurunan pendapatan rumah makan dan restoran akibat beroperasinya Tol Cipali bisa dilihat dari penurunan pajak. Untuk delapan wajib pajak saja, penurunannya signifikan, dari Rp 300 jutaan menjadi Rp 61 juta per bulan.
“Misalnya, pajak Rumah Makan Pesona Laut. Sebelum Tol Cipali dibuka pajaknya Rp 20 juta per bulan, namun sekarang hanya Rp 9 juta,” imbuhnya.
Untuk menanggulangi persoalan ini, pihaknya berupaya untuk mengalihkan pendapatan pajak dari Pantura lama ke rest area.
Dia berharap, pendapatan pajak restoran dan rumah makan di Pantura Lama bisa dioptimalkan.
“Rumah makan yang tutup ini juga kemungkinan akan pindah ke daerah selatan. Karena lokasi yang sekarang sudah tidak menguntungkan. Sepi tak ada pengunjung,” ucap dia.
Berbeda dengan restoran, pajak dari katering makanan dan minuman mengalami peningkatan. Itulah mengapa, meski sektor restoran terpukul, namun pendapatan pajaknya tetap mencapai target di angka Rp2,621 miliar dari nilai anggaran Rp1,85 miliar.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Indramayu, M Alam Sukmajaya mengatakan, setiap hari ia melintasi Pantura Lama.
Jika dulu rumah makan di sepanjang jalur itu, seperti Pesona Laut penuh dengan kendaraan, kini sepi. Paling hanya satu dua mobil yang terparkir di sana.
Dia lantas meminta dinas untuk membuat laporan lebih detail tentang dampak Tol Cipali dan segera bergerak agar dampak buruknya tidak semakin besar.
“Hanya dalam tujuh bulan, lima rumah makan dan restoran tutup. Ini bisa terjadi pada restoran lainnya di sana,” ujar Kepala Bidang Pendapatan I Dinas Keuangan Daerah Indramayu, Teten Machmud.
Hal itu diungkapkan Teten usai rapat kerja bersama Komisi C DPRD Indramayu, Jumat (8/1/2016).
Penurunan pendapatan rumah makan dan restoran akibat beroperasinya Tol Cipali bisa dilihat dari penurunan pajak. Untuk delapan wajib pajak saja, penurunannya signifikan, dari Rp 300 jutaan menjadi Rp 61 juta per bulan.
“Misalnya, pajak Rumah Makan Pesona Laut. Sebelum Tol Cipali dibuka pajaknya Rp 20 juta per bulan, namun sekarang hanya Rp 9 juta,” imbuhnya.
Untuk menanggulangi persoalan ini, pihaknya berupaya untuk mengalihkan pendapatan pajak dari Pantura lama ke rest area.
Dia berharap, pendapatan pajak restoran dan rumah makan di Pantura Lama bisa dioptimalkan.
“Rumah makan yang tutup ini juga kemungkinan akan pindah ke daerah selatan. Karena lokasi yang sekarang sudah tidak menguntungkan. Sepi tak ada pengunjung,” ucap dia.
Berbeda dengan restoran, pajak dari katering makanan dan minuman mengalami peningkatan. Itulah mengapa, meski sektor restoran terpukul, namun pendapatan pajaknya tetap mencapai target di angka Rp2,621 miliar dari nilai anggaran Rp1,85 miliar.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Indramayu, M Alam Sukmajaya mengatakan, setiap hari ia melintasi Pantura Lama.
Jika dulu rumah makan di sepanjang jalur itu, seperti Pesona Laut penuh dengan kendaraan, kini sepi. Paling hanya satu dua mobil yang terparkir di sana.
Dia lantas meminta dinas untuk membuat laporan lebih detail tentang dampak Tol Cipali dan segera bergerak agar dampak buruknya tidak semakin besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar